Selasa, 10 Juni 2014


                                                            Puisi  : "Dua keinginan"
Pengarang: Kahlil Gibran

Di keheningan malam, Sang Maut turun atas hadrat Tuhan menuju ke bumi.
Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya.
Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan Sang Lelap.

Ketika rembulan tersungkur di kaki langit, dan kota itu berubah warna menjadi hitam kepekatan,
Sang Maut berjalan dengan langkah tenang di celah-celah kediaman – berhati-hati tidak menyentuh apa-apa pun –
sehingga tiba di sebuah istana. Ia masuk melalui pagar besi berpaku tanpa sebarang halangan dan berdiri di sisi sebuah ranjang ,
dan tika ia? menyentuh dahi? si lena, lelaki itu membuka kelopak matanya dan memandang dengan penuh ketakutan.

Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara ketakutan bercampur aduk kemarahan,
“Pergilah kau dariku, mimpi yang mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat! Siapakah engkau ini?
Dan bagaimana mungkin kau memasuki istana ini? Apa yang kau inginkan? Tinggalkan rumah ini dengan segera!
Ingatlah, akulah tuan rumah ini. Nyahlah kau, kalau tidak, kupanggil para hamba suruhanku dan para pengawalku? untuk mencincangmu menjadi kepingan!”

Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan, “Akulah kematian, berdiri dan tunduklah padaku.”

Dan si lelaki? itu menjawab, “Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan benda apa yang kau cari?
Kenapa kau datang ketika urusanku belum selesai? Apa yang kau inginkan dari orang kaya berkuasa seperti aku?
Pergilah sana, carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri melihat taring-taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis,
dan mataku sakit menatap sayap-sayapmu yang menjijikkan dan tubuhmu yang meloyakan.”

Namun selepas tersedar, dia menambah dengan ketakutan, “Tidak, tidak, Maut yang pengampun,
jangan pedulikan apa yang telah kukatakan, kerana rasa takut membuat diriku mengucapkan kata-kata yang sesungguhnya terlarang.
Maka ambillah longgokan emasku semahumu atau nyawa salah seorang dari hamba-hambaku, dan tinggalkanlah diriku…
Aku masih mempunyai urusan kehidupan yang belum selesai dan berhutang emas dengan orang.
Di atas laut aku memiliki kapal yang belum kembali ke pelabuhan, permintaanku..jangan ambil nyawaku…
Ambillah olehmu barang yang kau inginkan dan tinggalkanlah daku. Aku punya perempuan simpanan yang?
luarbiasa cantiknya untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya seorang putera tunggal yang kusayangi,
dialah sumber kegembiraan hidupku. Kutawarkan dia juga sebagai galang ganti, tapi nyawaku jangan kau cabut dan tinggalkan diriku sendirian.”

Sang Maut itu mengeruh,”Engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak sedar diri.”?
Kemudian Maut mengambil tangan orang hina itu, mencabut nyawanya,
dan memberikannya kepada para malaikat di langit untuk menghukumnya.

Dan Maut berjalan perlahan di antara setinggan orang-orang miskin hingga ia mencapai rumah paling daif yang ia temukan.
Ia masuk dan mendekati ranjang di mana tidur seorang pemuda dengan kelelapan yang damai.
Maut menyentuh matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri di sampingnya,
ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, “Aku di sini, wahai Sang Maut yang cantik.
Sambutlah rohku, kerana kaulah harapan impianku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku,
kerana kau sangat penyayang dan tak kan meninggalkan diriku di sini. Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran.
Bawalah daku pada Ilahi. Jangan tinggalkan daku di sini.”

“Aku telah memanggil dan merayumu berulang kali, namun kau tak jua datang.
Tapi kini kau telah mendengar suaraku, kerana itu jangan kecewakan cintaku dengan menjauhi diri.
Peluklah rohku, Sang Maut yang dikasihi.”

Kemudian Sang Maut meletakkan jari-jari lembutnya ke atas bibir yang bergetar itu,
mencabut nyawanya, dan menaruh roh itu di bawah perlindungan sayap-sayapnya.

Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang — ke dunia – dan dalam bisikan amaran ia berkata,
“Hanya mereka? di dunia yang? mencari Keabadianlah yang sampai ke Keabadian itu.”

link youtube : dua keinginan - kahlil gibran

Senin, 09 Juni 2014


Judul Karya Resensi

Judul Buku                 : Ilmu Sosial & Budaya Dasar
Penulis
  buku             :  1. Dr. Elly M.Setiadi, M.Si.
                                      2. Drs. H. Kama Abdul Hakam, M.P.
                                      3. Drs. Ridwan Effendi, M.Ed.
Penerbit
buku            :  Kencana Prenada Media Grup
Tahun Terbit              :  Februari 2012
Harga  buku               :  Rp. 25.000,00-
Tebal
  buku                :  220 hlm; 21 cm

Keinginan untuk memberikan ilmu pengetahuan sebanyak –banyaknya kepada mahasiswa merupakan dorongan yang logis  bagi dosen tatkala memerankan dirinya sebagai pengajar, dia akan berusaha semaksimal mungkin agar setiap ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat tersampaikan kepada mahasiswa dalam waktu singkat, tentu saja cara yang paling mudah adalah menggunakan seluruh waktu pertemuan kelas untuk menceramahkan materi serta meminta mahasiswa untuk menceramahkan materi serta meminta mahasiswa untuk siap menerima informasiyang disampaikan agar ilmu pengetahuannya bertambah. Fungsi dan peran seperti ini sering menempatkan dosen pada otoritas yang berlebihan, seperti sebagai informasi sumber informasi tunggal dan sebagai sentral aktivitas pembelajaran, sehingga mahasiswa mirip sebagai objek pasif, bejana kosong yang harus di isi sejumlah informasi. “Dominasi”  dosen dalam interaksi belajar mengajar didalam kelas seperti itu dapat menimbulkan apatisme dan sikap pasif mahasiswa karena kreatifitasnya terhambat yang pada akhirnya mengurangi kualitas hasil belajar.
Interaksi belajar yang monolog dan komunikasi satu arah tidak lagi merupakan model pembelajaran yang tunggal, sebab banyak kritik terhadap pendekatan pembelajaran semacam ini, karena sifatnya yang indoktrinatif dapat menghalangi aktivitas dan kreativitas mahasiswa sehingga menjadikannya pribadi yang pasif. Mahasiswa selaku individu dan makhluk sosial yang beradab memiliki landasan pengetahuan, wawasan, serta keyakinan untuk bersikap kritis, peka dan arif dalam menghadapi persoalan sosial dan budaya yang berkembang dimasyarakat. Yang menjadi pertanyaan, sampai tahap mana perkembangan iptek akan berlangsung ? Sampai taraf mana manusia dapat merekayasa lingkungannnya? Apakah perkembangan teknologi ini dapat lebih menyejahterahkan manusia dan alam sekitarnya atau memjadi musibah lebih besar karenanya? Namun yang jelas perkembangan teknologi selalu
mengalami diversitiy (keanekaragaman) dan redudancy (penyelesaian masalah dengan teknologi selalu memunculkan masalah yang membutuhkan teknologi lain  yang setahap lebih tinggi), tentu saja disamping teknologi tersebut selalu memberikan harapan yang lebih baik, akan tetapi menimbulkan pula berbagai kekhawatiran  dan keprihatinan bagi kehidupan manusia.

Ragam paham tentang pandangan manusa terhadap alam ini masih terus berkembang dan di pegang oleh kelompok masyarakat tertentu. Namun paham apapun yang dipegang, manusia terus melakukan perubahan dalam berbagai dimensinya, termasuk dalam kehidupan sosial. Arah perubahan sosial berlangsung sejalan dengan tahap peradaban yang dicapainya.

Dalam menghadapi era teknologi modern dan industrialisasi, maka dituntut adanya keahlian untuk menggunakan, mengelola dan senantiasa menyesuaikan dengan teknologi-teknologi dan ilmu pengetahuan yang baru. Selain itu sikap mental dan nilai hidup yang mengarah terhadap nilai tersebut. Seorang individu yang hubungan sosial dengan kelompok sudah pudar, ia mengorientasikan dirinya pada kelmpok lain, maka ia harus menjadi acuan dari norma dan kebiasaan yang berkembang pada individu anggota kelompok tersebut. Ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan, atau yang ia hadapi, yaitu :  Pertama,  apabila ia dapat mengklasifikasikan dirinya dengan kelompok acuan dengan baik, ia akan berhasil; Kedua, apabila kemungkinan di atas tidak terjadi (kurang mampu atau struktur kelompoknya ketat), maka ia akan kehilangan akar sosialnya (socially rootless).
Namun di pihak lain, baik di Negara maju maupun Negara berkembang, akan merasa bahwa teknologi hanya menghabiskan sumber-sumber daya alam, pembawa polusi atau pencemaran dan mengakibatkan terjadinya pengangguran. Teknologi dapat membawa bencana, sebaliknya juga telah terbukti bahwa bagi mereka yang dapat memanfaatkannya, teknologi tersebut dapat menolong mereka dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Berkat kemajuan ilmu dan teknologi manusia dapat menciptakan alat-alat serta perlengkapan yang canggih untuk berbagai kegiatan, sehingga dalam kegiatan kehidupannya tersedia berbagai kemudahan. Hal ini memugkinkan manusia dapat melakukan kegiatan dengan lebih efektif dan efisien. Dengan ilmu dan teknologi tumbuhlah berbagai industri yang hasilnya dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang.

Penerapan dan pemanfaatan teknologi telah mampu membuka sebagian “rahasia alam” bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia. Berdasarkan keberhasian tersebut, ada sekelompok manusia yang “seolah-olah” mendewakan teknologi, menjadikan teknologi “segala-galanya”. Mereka sangat optimis selama teknologi maju dan berkembang, apa pun dapat dilakukan, apa pun dapat menjadi kebutuhan manusia.

Dalam buku ini menjelaskan prinsip-prinsip pokok tentang pemahaman diri, masyarakat dan lingkungan sekitar berikut wawasan komprehensif dan terpadu dalam mencari solusi efektif dan aplikatif terhadap masalah yang timbul dari interaksi diantara ketiganya meliputi hubungan manusia dengan kebudayaan, hubungan manusia dengan peradaban, manusia sebagai individu dan makhluk sosial, manusia, nilai, moral dan hukum, manusia, keragaman dan kesederajatan, manusia, sains, teknologi dan seni, manusia dan lingkungan serta banyaknya definisi-definisi menurut para ahli dalam setiap subpokok bahasan. Tapi dalam buku ini penjelasannya kurang jelas dan rinci karena mengingat jumlah halaman dan subpokok bahasan yang begitu banyak, tinjauan bahasanya berbelit-belit.
Dan pada akhirnya perlu diambil hikmahnya bahwa, ISBD lebih memerhatikan; kebutuhan dan minat mahasiswa, masalah-masalah sosial budaya, keterampilan berpikir khususnya keterampilan menyelidik, pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam, kegiatan dasar manusia yang dicantumkan dalam program studi, organisasi kurikulum yang bervariasi, pendekatan yang bervariasi dan bahan bukan hanya diperkaya oleh ilmu-ilmu sosial dan budaya, tetapi juga sains dan teknologi.